Benarkah Kuning Telur Ayam Antibodi Pencegahan Covid 19

banner 468x60

KOTA BANDUNG – Sumber data World Health Organization (WHO) per tanggal 2 November 2021 menyebutkan, jumlah negara terdampak covid-19 sebanyak 226 negara dan sebanyak 246 juta lebih orang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.
Untuk menekan pertambahan kasus Covid-19, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan pemberian vaksin dengan harapan dapat menciptakan kekebalan tubuh atau antibodi terhadap Covid-19.
Sebagai alternatif penanganan covid-19, antibodi kuning telur ayam, atau disebut IgY, merupakan antibodi spesifik yang dapat berikatan dengan virus dan mencegah menempelnya virus pada reseptor inang.
IgY telah lama diteliti dan diaplikasikan pada diagnostik maupun terapi penyakit di hewan ternak dan juga manusia, bahkan IgY juga diketahui dapat menetralisasi virus SARS.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset dan Teknologi Nuklir Terapan (PRTNT) – Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) atau BATAN berkolaborasi dengan Universitas Padjajaran (Unpad) dan PT. Tekad Mandiri Citra (TMC) telah menyelesaikan uji praklinis terhadap IgY yang digadang sebagai vaksin pasif covid-19.
Kepala ORTN, Agus Sumaryanto mengatakan, uji praklinis terhadap IgY merupakan keberhasilan para peneliti di lingkungan PRTNT bersama para mitranya dalam mencari solusi penanganan covid-19.
“Capaian ini juga menjadi bukti bahwa teknologi nuklir mempunyai peran dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya dalam penanganan covid-19,” kata Agus dalam konferensi pers yang digelar di PRTNT, Jl. Tamansari 71 Bandung, Rabu (03/11/2021).
Peneliti PRTNT, Hendris Wongso menuturkan, kegiatan uji praklinis terhadap IgY sebagai kandidat vaksin pasif covid-19 telah dimulai sejak september 2020. Unpad bersama PT. Tekad Mandiri Citra (TMC) telah berhasil memproduksi IgY spesifik sebagai antibodi covid-19.
“IgY yang dihasilkan dalam telur ayam SAN (specific antibody negative) ini telah berhasil dimurnikan menggunakan metode kromatografi afinitas. Kemudian, IgY anti-Covid-19 ini juga telah terbukti dapat berinteraksi dengan antigen protein spike virus SARS-CoV-2 pada uji imunoreaktivitas,” tambah Hendris.
Adapun peran teknologi nuklir dalam uji praklinis kata Hendris, antibodi dari kuning telur ditandai dengan senyawa radioaktif (I-131) yang sering disebut dengan radiolabeling. Setelah diberi label dengan senyawa radioaktif lalu diujicobakan pada hewan percobaan dan selanjutnya dilakukan pengujian.
“IgY yang dilabeli kemudian diberikan kepada hewan percobaan, kemudian dilakukan pengujian dengan mengambil organ dari hewan tersebut dan diteliti untuk melihat seberapa besar antibodi tersebut menyebar di setiap organ,” lanjutnya.
Hasilnya, ujar Hendris, menunjukkan bahwa IgY secara positif mampu terakumulasi pada organ-organ vital yang menjadi tempat penempelan virus SARS-CoV-2, sehingga diharapkan IgY dapat menetralisasi virus ketika terjadi infeksi. Karena itulah IgY sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi vaksin pasif Covid-19.
Hendris berharap, keberhasilan uji praklinis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan vaksin pasif di Indonesia.
“Keberhasilan uji praklinis diharapkan mempercepat penanganan wabah Covid-19 di Indonesia melalui penyediaan vaksin pasif yang dapat menghambat replikasi virus pada orang yang terinfeksi,” harapnya.
“Pasien dapat sembuh lebih cepat tanpa menimbulkan keparahan yang menyertai Covid-19. Selain itu, penelitian ini juga menjadi landasan bagi pengembangan diagnostik dan terapeutik berbasis IgY untuk penyakit infeksi dan kanker di Indonesia. Lebih jauh, teknik nuklir dalam uji praklinis juga dapat diaplikasikan pada berbagai kandidat obat lainnya, selain antibodi IgY,” pungkasnya. (guh)

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *